Cara Warga Bukit Sungkai Memelihara Harmonisasi Dengan Alam Sembelih Sapi, Kepalanya Diarak Keliling Kompleks


Hubungan harmonis dengan alam semesta merupakan bagian dari kearifan local warga Dayak Kalimantan Tengah. Hal ini disadari sepenuhnya oleh warga yang bertempat tinggal di kawasan Bukit Sungai Jalan Tjilik Riwut Km 12. Saban tahun atau tepatnya dipenghujung tahun, warga selalu menyelenggarakan ritual memapas lewu.
Kegiatan bersih desa atau mamapas lewu itu merupakan Tolak Bala menjauhkan diri dari marabahaya. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan wujud rasa syukur sebanyak warga masyarakat secara umum, khususnya warga RT 06 RW II Kelurahan Petuk Katimpun Kecamatan Jekan Raya Palangka Raya.
Pada Minggu (27/11) kemarin sekitar pukul 09.00, kompleks pal 12 telah tampak berbagai kesibukan. Ritual Bersih Desa, Mamapas Lewu, Tolak Bala ini diikuti oleh ratusan warga.
Manir Adat Kecamatan Jekan Raya Cornelis Pith didampingi Herdiwang Thabat mengatakan arti dan tujuan dari memapas lewu adalah membersihkan kampung. Tujuannya adalah supaya kampong (Lewu,Red) itu menjadi bersih dengan niat membuang segala hal-hal yang tidak baik seperti sengketa, perkelahian dan lain sebagainya. Salah satunya sebagai tolak bala dari marabahaya.
“Segala hal-hal yang buruk kita buang jauh-jauh dan arti dari memapas lewu adalah kita bertekad satu dengan membuang hal-hal yang tidak baik,” Jelas Mantir. Acara memapas lewu pada tahun ini terbilang istimewa dari pada tahun-tahun sebelumnya yang hanya menyembelih satu ekor kambing. Pada tahun ini yangdisembelih adalah satu ekor sapi. Setelah disembelih, kepala sapi yang digunakan sebagai media ritul adat diarak berkeliling kompleks. Selain kepala sapi, media lain yang mendukung acara ini adalah daun sawang warna merah, darah sapi, dan air kembang.
Kemudian diiring dengan tarian dan dua orang putri Dayak, Mantir adat selanjutnya menggenggam daun sawang dan menyuruh peserta meludah ke daun sawang. Sebelumnya mantir yang di sekelilingi warga membentuk formasi empat penjuru arah mata angin. Kemudian kepala sapi dikuburkan di salah satu lubang yang sudah disiapkan terlebih dahulu.
Acara mamapas lewu atau membersih kampong/Desa di pal 12 ini di hadiri oleh anggota komisi II Jumatni, Camat Jekan Raya sabirin Muchtar, Lurah Petuk Katimpun Berson, Ketua LKK Sukiran, Mantir Adat Cornelis Pith dan Herdiwang Thabat. Jumatni mengatakan, bahwa kegiatan memapas lewu ini sudah bagian dari tradisi di tiap tahunnya. “Dan tidak ada maksud tertentu kecuali ingin membersihkan diri demi keselamatan warga. Ini bagian dari tradisi yang tiap tahunnya dilakukan dan biasanya dilaksanakanbertepatan dengan tahun baru islam. Semoga dengan adanya kegiatan ini bisa memberikan keselamatan dan jauh dari marabahaya,” ujarnya.
Keterangan gambar: Mamapas Lewu. Seorang Mantir adat saat memimpin ritual mamapas lewu di kawasan Bukit Sungkai, kemarin.
Sumber: Kalteng Pos. Senin, 28 Nopember 2011. Hal : 9 & 12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar